Routing Vs Bridging pada Wireless Point-to-Point Mikrotik
- Wireless Point-to-Point merupakan koneksi komunikasi nirkabel antara
dua titik, dimana satu host (access point) terhubung hanya dengan satu
client (station). Penerapan Wireless Point-to-point (P2P) pada
Mikrotik membutuhkan lisensi RouterOS minimal level 3 dengan mode bridge
– station. Wireless P2P Mikrotik dapat dilakukan dengan metode routing
maupun bridging. Perbedaan metode routing dan bridging pada wireless point-to-point Mikrotik adalah sebagai berikut:
Metode Routing
Metode routing dilakukan dengan cara memberikan IP address pada
interface Wlan dan Ether dengan segmen jaringan yang berbeda, sehingga
untuk menghubungkan dua segmen berbeda tersebut dilakukan routing, baik
secara dynamic maupun static. Contoh konfigurasi routing dapat dilihat
pada Gambar berikut ini :
Kelebihan dari penggunaan metode routing adalah tidak ada broadcast
traffic atau flood yang dapat mengurangi performa jaringan wireless.
Sedangkan kekurangannya adalah perlu konfigurasi yang lebih rumit dengan
penggunaan lebih banyak IP address.
Metode Bridging
Metode bridging yaitu dengan melakukan bridge pada interface Wlan dan
Ether sehingga bisa diberikan satu IP address atau tanpa IP address agar
menjadi transparan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini :
Kelebihan menggunakan metode bridging
yaitu alokasi penggunaan IP address lebih sedikit, bahkan bisa tanpa IP
address. Sedangkan kekurangannya yaitu akan terjadi broadcast traffic
atau flood dari tiap client yang dapat mengakibatkan menurunnya performa
jaringan wireless sehingga tidak cocok diterapkan pada jaringan skala
besar.
Dari kedua metode tersebut baik Routing maupun Bridging sama-sama
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Jika anda ingin
membangun jaringan Wireless Point-to-point yang transparan bisa menggunakan teknik bridging.
Sedangkan jika ingin membangun jaringan Wireless Point-to-Point skala
besar dengan client dan station yang banyak bisa menggunakan teknik
routing.
0 komentar:
Posting Komentar